Konsep Berpikir Kritis
Konsep Berpikir Kritis

Berpikir Kritis Dengan 3 Domain Utama

Diposting pada 94 Hari Ini Pembaca Ke

Dalam ruang kampus adalah ruang berpikir kritis menjadi domain dalam proses transaksi dan translasi keilmuan dari dosen kepada mahasiswa.

Pada dunia keperawatan, kita mengenal materi kuliah ini dengan berpikir kritis.

Tulisan adalah untuk menjawab pertanyaan tentang Jelaskan ke 3 domain (Kognitif, Afektif dan Psikomotor) ini dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis?

Domain Berpikir Kritis

Ketika kita menggunakan teori dengan Taksonomi Bloom, maka akan kita temukan 3 domain penting dalam critical thinking. Materinya akan membahas secara lengkap ketiganya untuk mengasa kemampuan thinking kita.

Ketiga hal tersebut adalah Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Sejak tahun 1956, Benjamin Bloom bersama dengan rekan kerjanya merancang sebuah model pembelajaran yang pada giliran berikutnya. Konsep tersebut mendapatkan reaksi positif dalam pengembangannya. Hingga teori tersebut masih relevan hingga saat ini.

Untuk menjawab dan menarasikan dalam critical thinking, maka untuk awal kita akan membahas mengenai ketida domain tersebut.

Kognitif

Domain Kognitif adalah sebuah cara maupun metode dengan melibatkan informasi dan pengetahuan dalam proses memahami dan mempelajari konsep. Aspek kognitif ini melibatkan pengetahuan, keilmuan dan berpendapat intelektual maupun ilmiah.

Kognitif yang menghasilkan riset (research). Sebut juga penelitian untuk melakukan pengajuan terhadap ilmu maupun fenomena.

Pengertian Kognitif oleh Pakar

Untuk memudahkanmu dalam menyalami dan memahaminya, maka kognitif adalah satu patahan kata yang memiliki narasi dan makna yang berbeda dan berdiferensiasi dengan yang lainnya.

Jean Peaget

Jean Peaget merupakan seorang sosiolog yang memiliki reputasi dalam bidangnya dan memiliki pegalaman secara empiris dan keilmuan. Menyebutkan bahwa Kognitif adalah aktifitas mental yang melingkupi: pemikiran, pemahaman, mengingat dan menarik kesimpulan (mengambil keputusan).

Ulric Neisser

Ulric Neisser juga seorang sosiolog yang memberikan batasan pengertian kognisi, yakni proses mental yang meliputi persepsi, pemikiran, ingatan dan pemecahan masalah.

Taksonomi Bloom

Sebagai perintis konsep belajar kognitif, maka semenjak tahun 1956, Benjamin Bloom adalah sebagai pelopor utama. Dalam kemajuannya pada tahun 2021, konsepnya telah mengalami perbaikan dan revisi oleh Krathwohl (aliran keilmuan kognitivisme). Menyebutkan bahwa konsisi memiliki tingkatan dan hierarki.

Taksonomi Bloom Dalam Hal Kongitif, yakni:

  1. Pengetahuan,
  2. Pemahaman,
  3. Penerapan,
  4. Analisis,
  5. Sintetis,
  6. Evaluasi

Revisi Taksnomi Bloom, yakni:

  1. Mengingat,
  2. Memahami, (berpikir tingkat rendah)
  3. Mengaplikasikan,
  4. Menganalisis,
  5. Mengevaluasi, (berpikir tingkat tinggi)
  6. Mengkreasi

Sampai pada pembahasan ini, maka evaluasi apa yang telah kamu baca dan apa yang tersimpan dan atau apa yang telah kamu pahami. Maka jika kamu memahami maka kamu masuk dalam level 2 kognitif yakni memahami. Tentunya ini adalah berpikir tingka rendah. Akan tetapi setelah anda membaca tulisan ini dan melakukan evaluasi beberapa kesalahan. Maka anda masuk kategori berani menggunakan gaya berpikir tingkat tinggi, yakni mengevalusi.

Afektif

Afektif dalam Taksonomi Bloom adalah rasa, sikap, motivasi, minat dan nilai.

Secara hierarki dalam domain afektif maka strukturnya sebagai berikut, yang terendah hingga tertinggi, yakni:

  1. Receiving/Attending (Penerimaan)
    Adalah merupakan kategori paling rendah daripada afaksi, sebagaimana peserta didik akan menerima daripada informasi atau pesan secara pasif.
  2. Responding (Menanggapi)
    Variabel ini adalah setelah penerimaan, maka seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadapnya. Dengan melakukan penalaran mengenai informasi yang ia terima.
  3. Valuing (Penilaian)
    Tidak sekedar merespon saja, tapi pada bagian ini peserta didik memiliki hal untuk menghargai atau memberikan penilaian terhadap informasi yang ia dapatkan.
  4. Organization (Organisasi)
    Pada bagian ini maka seseorang akan melakukan pengelompokan dan tingkatan terhadap nilai yang mereka dapatkan. Untuk membedakan antara yang positif dengan yang negatif.
  5. Characterization (Karakteristik)
    Fase ini merupakan fase tertinggi dalam afektif, karena telah menjadi karakter atau membumi dalam diri seseorang akan nilai menjadi sebuah prilaku atau perbuatan.

Sampai pada pembahasan ini adalah ketika kekasihmu atau mungkin tunanganmu mengingatkan kamu untuk sholat. Bagaimana respon yang kamu lakukan?

Jika saja hal itu kau anggap sesuatu yang bernilai, maka kamu menganggap bahwa hal itu adalah hal baik. Meski anda tidak melaksanakannya, anda sampai pada tingkatan Valuing.

Akan tetapi jika saja kamu mengerjakan Sholat sebagaimana yang ia arahkan dan setiap waktu kamu menunaikan, maka hal itu telah menjadi karakter. Sebagaimana hal ini merupakan karakteristik tertinggi dalam Afaktif.

Psikomotor Dalam Domain Berpikir Kritis

Berpikir kritis artinya tidak hanya pada ruang kognitif maupun afektif yang lebih pada pemikiran dan perasaan. Akan tetapi sampai bahwa kemampuan berpikir kritis adalah hal yang perlu kita tunaikan dalam bentuk psikomotor.
Materi kuliah berpikir kritis ini menuntaskan pembahasan hingga psikomotor.

Psikomotor adalah sebuah gerakan afik dalam bentuk fisik bagi seseorang. Akan tetapi tidak hanya melihat sisi ini dalam bentuk gerakan secara fisik, melainkan ada keterkaitan antara fisik dengan saraf. Sehingga menghasilkan sebah gerakan yang selaras atau menarik. Yang bisa kita sebut dengan skill atau keterampilan.

Tingkatan Psikomotor

Dalam perkembangannya maka berikut ini merupakan level maupun tingkatan kategori daripada psikomotor, yakni:

  1. Peniruan
    Pada kategori ini seseorang akan meniru gaya atau gerakan orang lain, secara utuh.
  2. Memanipulasi
    Membuat sebuah gerakan berdasarkan latihan dan melakukan beberapa penambahan untuk melakukan penyempurnaan atau sesuai dengan kebutuhan.
  3. Ketetapan
    Adalah keakuratan dalam gerakan serta meminimalisir daripada kesalahan yang akan terjadi.
  4. Artikulasi
    Melakukan pengurutan gerakan secara sempurna untuk mencapai tujuan gerakan.
  5. Naturalisasi.
    Menguasai gerakan, termasuk bisa melakukan gerakan secara spontanitas.

Sampai pada pembahasan ini, maka dalam hal berpikir secara kritis adalah memiliki pemahaman pada kemampuan untuk menguasai indikator kognitif, Afektif dan Psikomotor.

Bahwa ketiga bagian tersebut tidaklah berjalan sendiri melainkan dalam sebuah rangkaian yang teratur atau sistematis.

1 komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *