Komunikasi Terapeutik dalam keperawatan adalam suatu pengetahuan yang membutuhkan penyadaran dan keselarasan dalam hal pelayana kepada pasien. Berikut ini merupakan bahan materi tentang konsep dan bagian-bagiannya.
Abdul Haris Bahar
Beberapa sumber bacaan yang bisa menjadi rujukan dalam memperkaya materi mengenai terapeutik, yakni:
- Interpersonal Communication in Nursing oleh Patricia A. Potter dan Anne Griffin Perry
- The Skilled Helper: A Problem-Management and Opportunity-Development Approach to Helping, Gerald Egan
- On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy, Carl Rogers
- The Art of Communication in Nursing and Health Care: An Interdisciplinary Approach, Elsevier
- Therapeutic Communication: Knowing What to Say When, Paul N Potter
- Empathy in the Therapeutic Relationship, Daniel J Siegel
- Communication Skills for the Healthcare Professional: Concepts, Practice, and Evidence, RGH Thompsom
- Caring for the Vulnerable: Perspectives in Nursing Theory, Practice, and Research, Mary D Chesnay
- The Theory and Practice of Therapeutic Communication, Michael L Tarlov
- Building Therapeutic Relationships with Patients and Their Families, Linda AD
Definisi dan Pentingnya Komunikasi Terapeutik
Sebelum membahas mengenai definisi atau pengertian-pengertian, maka untuk awal kita bahas sejarah pertumbuhan dan perkembangan Terapeutic Communication ini.
Sejak kapang lahirnya komunikasi terapeutik?
Sejak abak ke 20, Sigmund Freud membahas teori Psikoanalisis, yang menggambarkan mengenai assosiatif bebas dan analisis mimpi untuk mengetahui kondisi alam bawa sadar klien, meski demikian pada konsep ini belum terkenal sebagai pendekatan terapeutik. Akan tetapi pada masa ini, komunikasi verbal menjadi inti bahasa Freud.
Pengembangan Teori dan Teknik Komunikasi (1930-an – 1950-an)
Selanjutnya, Carl Rogers dan Terapi Berpusat pada klien: Carl Rogers (1902-1987) membuat terobosan besar dengan terapi berpusat pada klien. Yakni, dengan melakukan komunikasi empatik dan mendengarkan aktif.
Kemudian, Psychoeducation dan Teknik Komunikasi: Pada tahun 1950-an, pendekatan psikoedukasi mulai ada, menggabungkan komunikasi sebagai alat untuk mendidik pasien tentang kondisi mereka dan strategi coping, memperluas pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam terapi.
Integrasi dalam Praktik Klinis (1960an – 1980an)
Gerald Egan dan Model Komunikasi: Gerald Egan, dalam bukunya “The Skilled Helper” (pertama kali diterbitkan pada tahun 1975), mengembangkan model berbasis masalah dan peluang yang menyempurnakan teknik komunikasi terapeutik. Buku ini memberikan struktur dan teknik praktis untuk membantu dalam proses konseling dan terapi.
Komunikasi dalam Keperawatan: Pada tahun 1960-an dan 1970-an, konsep komunikasi terapeutik mulai diintegrasikan dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Buku-buku dan kurikulum mulai memasukkan aspek komunikasi terapeutik sebagai bagian penting dari pelatihan keperawatan.
Penyempurnaan dan Penekanan Budaya (1990an – 2000an)
Kesadaran Budaya dan Etika: Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberagaman budaya, selanjutnya, buku dan teori tentang komunikasi terapeutik mulai memasukkan dimensi kesadaran budaya dan etika. Ini mencakup pemahaman dan penyesuaian terhadap latar belakang budaya pasien dan isu-isu etika dalam komunikasi.
Penerapan Teknologi dan Model Baru: Penggunaan teknologi, seperti telemedicine dan terapi berbasis internet, mulai mempengaruhi cara komunikasi terapeutik diterapkan, memperkenalkan tantangan dan peluang baru dalam interaksi terapeutik.
Pendekatan Kontemporer (2010-an – Sekarang)
Integrasi dalam Model Terapi Multidisipliner: Konsep komunikasi terapeutik kini terintegrasi dalam berbagai model terapi multidisipliner, termasuk terapi berbasis bukti, terapi kognitif-perilaku (CBT), dan terapi berbasis mindfulness.
Penekanan pada Keterampilan Interpersonal: Ada penekanan yang lebih besar pada pengembangan keterampilan interpersonal yang mendalam dalam pendidikan dan pelatihan, serta pada bagaimana keterampilan ini mempengaruhi hasil terapi dan pengalaman pasien.
Studi dan Penelitian Terbaru: Penelitian terbaru dalam bidang komunikasi terapeutik terus berkembang, dengan fokus pada efektivitas teknik komunikasi dalam berbagai konteks klinis dan budaya, serta bagaimana neurosains mempengaruhi pemahaman tentang komunikasi dan hubungan terapeutik.
Definisi Komunikasi Terapeutik
Untuk memudahkan kita dalam memahami mengenai bahasan ini maka lebih awal kita mencari apa definisi atau pengertian dari hal tersebut.
Beberapa pakar telah memberikan batasan yang sangat jelas. Untuk hal ini dalam kata Komunikasi Terapeutik ada dua kata, yakni:
- Komunikasi dan
- Terapeutik.
Pengertian Komunikasi
Untuk awal maka kita akan mencari arti dari komunikasi, sebagaimana banyak peneliti telah melakukan upaya riset dalam mengungkapkan misteri daripada komunikasi tersebut.
Yusuf al-Qaradawi
Dr. Yusuf al-Qaradawi, mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang melibatkan pertukaran informasi dan ide dengan penuh tanggung jawab dan etika. Dalam pandangannya, komunikasi harus dilakukan dengan adab dan integritas, memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya benar tetapi juga bermanfaat dan tidak menyinggung orang lain.
Harold Lasswell
Harold Lasswell, menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses menjelaskan tentang siapa mengatakan apa dan dengan saluran apa serta kepada siapa (who says what in which channel to whom and with what effect).
Pengertian Terapeutik
Dalam perkembangannya, terapeutik adalah istilah yang berhubungan dengan penyembuhan dan penigkatan kesejahteraan pada klien. Sehingga penggunaan kata ini lebih dekat dengan dunia kesehatan, khususnya kedokteran dan keperawatan.
Dalam psikologi, “terapeutik” mengacu pada intervensi atau pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan emosional.
Dalam konteks keperawatan, istilah “terapeutik” memiliki makna yang spesifik dan bernuansa. Istilah ini merujuk pada tindakan, intervensi, dan pendekatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitaan, dan mendukung kesejahteraan pasien secara keseluruhan.
Arti Komunikasi Terapeutik
Dengan demikian, maka kita dapat melihat dengan jelas mengenai pengertian ini, juga berdasarkan pendapat dari beberapa pakat, yakni:
Menurut Stuart G.W Komunikasi Terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara konselor dan klien melalui hubungan ini, konselor dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Menurut Suryani di kutip oleh Etik Anjar Fitriarti Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan konselor untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, serta belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Pentingnya Terapeutic Communication
Beberapa pakar memberikan penjabaran mengenai pentingnya Terapeutic Communication, yakni:
Carl Rogers
Pandangan Utama: Carl Rogers: Person-centered therapy (terapi klien-berpusat), menganggap komunikasi terapeutik sebagai inti dari proses terapi. Menurut Rogers, komunikasi yang efektif melibatkan empati, memberikan nilai altruistik, dan kehadiran penuh.
Bagaimana pendapat dari Gerald Egan, Irvin D. Yalom, Daniel J. Siegel, Jon Kabat-Zinn, Patricia Benner, Suzanne Gordon.
Menurut berbagai pakar dalam bidang keperawatan dan psikologi, komunikasi terapeutik memiliki sejumlah penting yang signifikan dalam konteks perawatan pasien. Berikut adalah pandangan beberapa pakar mengenai pentingnya komunikasi terapeutik:
Jean Watson
Jean Watson, seorang pakar keperawatan humanistik, menekankan bahwa komunikasi terapeutik adalah bagian integral dari model keperawatan transpersonalnya.
Menurutnya, bahwa pentingnya komunikasi dalam keperawatan untuk:
Memfasilitasi Proses Penyembuhan
Dengan membangun hubungan yang penuh kasih sayang dan mendukung, perawat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan fisik dan emosional pasien.
Meningkatkan Kesejahteraan Holistik
Watson menganggap bahwa perawatan yang baik melibatkan perhatian terhadap aspek fisik, emosional, dan spiritual pasien, dan komunikasi terapeutik membantu dalam mencapai keseimbangan ini.
Hildegard Peplau
Hildegard Peplau, seorang pelopor dalam teori keperawatan interpersonal, menjelaskan pentingnya komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan interpersonal antara perawat dan pasien.
Peplau membahas bahwa:
Proses komunikasi
Peplau memperkenalkan model hubungan interpersonal yang menekankan bagaimana perawat dan pasien berinteraksi untuk mencapai tujuan kesehatan. Komunikasi terapeutik memainkan peran kunci dalam setiap fase hubungan, dari orientasi hingga resolusi.
Pengembangan hubungan
Komunikasi yang efektif membantu perawat dalam memahami pasien secara lebih baik, mengidentifikasi kebutuhan mereka, dan menyusun rencana perawatan yang sesuai.
Patricia Benner
Patricia Benner, dalam teorinya tentang “From Novice to Expert”, menguraikan bahwa komunikasi terapeutik adalah keterampilan penting yang berkembang seiring pengalaman.
Benner menunjukkan bahwa:
Keterampilan pengalaman
Keterampilan komunikasi terapeutik berkembang dengan pengalaman klinis dan refleksi. Seiring waktu, perawat menjadi lebih mahir dalam menggunakan komunikasi terapeutik untuk menangani berbagai situasi klinis dan emosional.
Peningkatan hasil perawatan
Komunikasi yang efektif dapat meningkatkan hasil perawatan dengan memperkuat hubungan, memahami kebutuhan pasien, dan mendukung proses pengambilan keputusan yang lebih baik.
Virginia Henderson
Virginia Henderson, yang dikenal dengan model kebutuhan dasarnya, menganggap komunikasi terapeutik sebagai bagian penting dalam memenuhi kebutuhan pasien. Menurut Henderson:
Pemenuhan kebutuhan
Komunikasi terapeutik membantu perawat dalam mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan dasar pasien, termasuk kebutuhan emosional, sosial, dan informasi.
Peningkatan kualitas hidup
Dengan menggunakan komunikasi yang empatik dan informatif, perawat dapat membantu pasien merasa lebih nyaman dan lebih mampu mengelola kondisi mereka.
Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik
Untuk memudahkan pembahasan ini maka kita mengambil tinjauan teoritik Carl Rogers, yang menekankan bahwa beberapa prinsip dalam komunikasi ini, yakni:
Carl Rogers adalah salah satu tokoh utama dalam pengembangan konsep komunikasi terapeutik. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers (Rogers dalam
Damayanti, 2010 :13) adalah :
- Konselor harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
- Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai,
- Konselor harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
- Konselor harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
- Konselor harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
- Konselor harus mampu mengawasi perasaan sendiri secara bertahap untuk mengatasi dan mengetahui perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
- Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
- Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
- Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
- Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu konselor perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.
- Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
- Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
- Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapt mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
- Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Materi Lengkap, Scan Barcode Berikut ini
Teknik-Komunikasi Terapeutik
Teknik komunikasi terapeutik adalah metode yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental untuk membantu klien merasa dipahami, diterima, dan didukung dalam proses terapi. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan memfasilitasi perubahan positif. Berikut adalah beberapa teknik komunikasi terapeutik yang umum digunakan:
1. Mendengarkan Aktif
- Deskripsi: Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menginterupsi. Ini melibatkan menanggapi dengan cara yang menunjukkan bahwa Anda benar-benar mendengar dan memahami apa yang dikatakan klien.
- Contoh: Mengangguk, memberikan umpan balik verbal seperti “Saya mengerti” atau “Itu terdengar sangat sulit bagi Anda.”
2. Empati
- Deskripsi: Menunjukkan pemahaman mendalam terhadap perasaan dan pengalaman klien. Ini bukan hanya tentang memahami secara kognitif, tetapi merasakan dan merespons secara emosional.
- Contoh: “Saya bisa melihat betapa beratnya perasaan Anda saat ini, dan itu pasti sangat sulit.”
3. Refleksi
- Deskripsi: Mengulangi kembali atau mengulangi perasaan dan pikiran klien untuk memastikan pemahaman yang tepat dan membantu klien mengeksplorasi perasaan mereka lebih dalam.
- Contoh: “Sepertinya Anda merasa sangat kecewa karena tidak ada yang memahami apa yang Anda alami.”
4. Parafrase
- Deskripsi: Mengungkapkan kembali pernyataan klien dengan kata-kata Anda sendiri untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar dan untuk membantu klien melihat ide mereka dari sudut pandang yang berbeda.
- Contoh: “Jadi, Anda merasa bahwa tidak ada yang mendengarkan pendapat Anda di tempat kerja, benar?”
5. Validasi
- Deskripsi: Mengakui dan menghargai perasaan klien, bahkan jika Anda tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan mereka. Ini membantu klien merasa dihargai dan diterima.
- Contoh: “Perasaan Anda sangat valid, terutama mengingat situasi yang Anda alami.”
6. Pertanyaan Terbuka
- Deskripsi: Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan klien untuk menjelaskan perasaan dan pengalaman mereka dengan lebih mendalam tanpa batasan.
- Contoh: “Apa yang membuat Anda merasa seperti itu?” atau “Bagaimana Anda mengatasi situasi ini?”
7. Mengklarifikasi
- Deskripsi: Meminta penjelasan lebih lanjut jika pernyataan klien tidak jelas atau ambigu. Ini membantu memastikan bahwa komunikasi berlangsung dengan efektif.
- Contoh: “Apa yang Anda maksud dengan perasaan itu? Bisakah Anda memberi contoh?”
8. Memberikan Dukungan
- Deskripsi: Menyediakan dorongan positif dan afirmasi untuk membantu klien merasa lebih percaya diri dan termotivasi dalam proses terapi.
- Contoh: “Anda telah melakukan pekerjaan yang hebat dalam menghadapi tantangan ini. Teruslah berusaha.”
9. Menetapkan Tujuan
- Deskripsi: Membantu klien menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai dalam proses terapi. Ini memberikan arah dan fokus pada sesi terapi.
- Contoh: “Mari kita tentukan beberapa langkah kecil yang bisa Anda ambil untuk mengatasi masalah ini.”
10. Penerimaan dan Tanpa Penilaian
- Deskripsi: Menyambut setiap perasaan dan pengalaman klien tanpa menghakimi atau menilai mereka. Ini menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
- Contoh: “Apa pun yang Anda rasakan, itu sepenuhnya diterima di sini.”
11. Keterampilan Menyelesaikan Konflik
- Deskripsi: Mengajarkan teknik untuk menyelesaikan perselisihan atau ketidaksetujuan dengan cara yang konstruktif dan tidak merusak.
- Contoh: “Bagaimana kita bisa menemukan solusi yang memuaskan untuk masalah ini?”
Aspek Non-Verbal dalam Komunikasi
Albert Mehrabian adalah seorang psikolog yang terkenal dengan penelitiannya mengenai komunikasi non-verbal. Penelitian kunci Mehrabian tentang peran komunikasi non-verbal dalam menyampaikan pesan emosional dipublikasikan pada tahun 1967. Penelitian ini terutama dikenal melalui bukunya “Silent Messages” yang diterbitkan pada tahun 1971. Dalam bukunya ini, Mehrabian menguraikan bagaimana komunikasi emosi sangat bergantung pada ekspresi non-verbal, termasuk ekspresi wajah, postur tubuh, dan intonasi suara.
Albert Mehrabian
Albert Mehrabian, seorang psikolog terkenal, melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa komunikasi non-verbal memiliki dampak besar dalam interaksi manusia. Dalam bukunya, Silent Messages, Mehrabian mengemukakan bahwa:
- Komunikasi Emosi: Sekitar 93% dari komunikasi emosi disampaikan melalui elemen non-verbal seperti ekspresi wajah, postur tubuh, dan nada suara, sedangkan kata-kata hanya menyumbang 7%.
- Kesesuaian Verbal dan Non-Verbal: Ketidakcocokan antara pesan verbal dan non-verbal dapat menimbulkan kebingungan atau ketidakpercayaan. Misalnya, jika seorang terapis mengatakan sesuatu yang positif tetapi menunjukkan ekspresi wajah yang negatif, klien mungkin merasa bingung atau tidak yakin.
Komunikasi terapeutik adalah kebutuhan bagi perawat dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Mengelola Transference dan Countertransference
Kesadaran Budaya dalam Komunikasi Terapeutik
Etika dan Kerahasiaan
Penanganan Krisis dan Konflik
Evaluasi dan Peningkatan Keterampilan